“Pengertian Budaya Organisasi dan Perusahaan, Hubungan Budaya dan Etika, Kendala dalam Mewujudkan Kinerja Bisnis Etis”
TUGAS
KELOMPOK ETIKA BISNIS
“Pengertian Budaya Organisasi dan Perusahaan, Hubungan Budaya dan Etika, Kendala dalam Mewujudkan Kinerja Bisnis Etis”
Nama
Kelompok:
·
Adi
Surya Muharram (10214247)
·
Aditya
Melandi Subagyo (10214308)
·
Ahmad
Syarif Hidayatul M (10214614)
·
Dendi
Yenafri Meizal (12214677)
·
Fendi
Rachmanto (14214155)
·
Muhammad
Ivan Dwiyanto (16214967)
·
Muhammad
Kamal Hanif (17214386)
·
Rangga
Gita Permana (18214908)
·
Sari
Rahmatul Fitri (1A214059)
·
Taufiq
Akbar (1A214681)
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
JAKARTA
2017
·
KARAKTERISTIK
BUDAYA ORGANISASI
Budaya organisasi adalah sebuah
sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang membedakan suatu organisasi dari organisasi-organisasi lainnya.
Sistem makna bersama ini adalah sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung
tinggi oleh organisasi.
Robbins
(2007), memberikan 7 karakteristik budaya sebagai berikut:
1. Inovasi
dan keberanian mengambil resiko yaitu sejauh mana karyawan diharapkan didorong
untuk bersikap inovtif dan berani mengambil resiko.
2. Perhatian
terhadap detail yaitu sejauh mana karyawan diharapkan menjalankan presisi,
analisis, dan perhatian pada hal-hal detil.
3. Berorientasi
pada hasil yaitu sejauh mana manajemen berfokus lebih pada hasil ketimbang
teknik atau proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut.
4. Berorientasi
kepada manusia yaitu sejauh mana keputusan-keputusan manajemen mempertimbangkan
efek dari hasil tersebut atas orang yang ada di dalam organisasi.
5. Berorientasi
pada tim yaitu sejauh mana kegiatan-kegiatan kerja diorganisasi pada tim
ketimbang individu-individu.
6. Agresivitas
yaitu sejauh mana orang bersikap agresif dan kompetitif ketimbang santai.
7. Stabilitas
yaitu sejauh mana kegiatan-kegiatan organisasi menekankan dipertahankannya
status quo dalam perbandingannya dengan pertumbuhan.
Sedangkan
Schneider dalam (Pearse dan Bear, 1998) mengklasifikasikan budaya organisasi ke
dalam empat tipe dasar:
1. Control
culture. Budaya impersonal nyata yang memberikan perhatian pada
kekonkretan, pembuatan keputusan yang melekat secara analitis, orientasi
masalah dan preskriptif.
2. Collaborative
culture. Berdasarkan pada kenyataan individu terhadap
pengambilan keputusan yang dilakukan secara people-driven, organic dan
informal. Interaksi dan keterlibatan menjadi elemen pokok.
3. Competence
culture. Budaya personal yang dilandaskan pada kompetensi diri,
yang memberikan perhatian pada potensi, alternatif, pilihan-pilihan kreatif dan
konsep-konsep teoretis. Orang-orang yang termasuk dalam tipe budaya ini
memiliki standar untuk meraih sukses yang lebih tinggi.
4. Cultivation
culture. Budaya yang berlandaskan pada kemungkinan seorang
individu mampu memperoleh inspirasi.
·
FUNGSI
BUDAYA ORGANISASI
Fungsi budaya biasanya sulit dibedakan dengan fungsi budaya
kelompok atau budaya organisasi, karena budaya adalah gejala sosial.
Menurut Ndraha (1997) ada fungsi-fungsi budaya, yakni:
1.
Sebagai identitas dan citra
suatu masyarakat
2. Sebagai penyatu suatu masyarakat
3. Sebagai sumber
4. Sebagai kekuatan penggerak
5. Sebagai kekuatan untuk membentuk nilai lebih
6. Sebagai pola perilaku
7. Sebagai warisan
8. Sebagai pengganti formalisasi
9. Sebagai mekanisme penyesuaian pada perubahan
10. Sebagai proses yang menjadikan bangsa kongruen dengan negara
sehingga terbentuk nation-state
Sedangkan menurut Robbins (1999)
fungsi budaya didalam suatu organisasi yaitu:
1.
Budaya memiliki suatu peran dalam menetapkan tapal batas
2.
Budaya berarti jati diri untuk suatu anggota organisasi
3.
Budaya memudahkan munculnya komitmen
4.
Budaya meningkatkan kemantapan sistem social
Dan menurut pendapat Siagian
(1992) mencatat lima fungsi utama budaya organisasi, yakni:
1.
Sebagai penentu batas-batas tingkah laku dalam arti memastikan apa
yang boleh dan tidak boleh dilakukan, apa yang dilihat baik atau tidak baik,
memastikan yang benar dan yang salah.
2.
Menumbuhkan perasaan jati diri dalam suatu organisasi dan para
anggotanya.
3.
Menumbuhkan komitmen kepada kepentingan bersama diatas kepentingan
pribadi atau kelompok sendiri.
4.
Sebagai tali pengikat untuk seluruh anggota organisasi.
5.
Sebagai alat pengendali perilaku para anggota organisasi yang
berkaitan.
Menurut pendapat Beach
(Horrison, 1972) mencatat tujuh fungsi utama budaya organisasi, yakni:
1.
Menentukan hal penting yang menjadi dasar organisasi, standar
kesuksesan dan kegagalan harus bisa diukur.
2.
Memaparkan bagaimana sumber-sumber organisasi digunakan dan untuk
kepentingan apa.
3.
Menciptakan apa organisasi dan anggotanya bisa saling mengandalkan
satu sama lain.
4.
Membuat beberapa cara pengontrolan tingkah laku dalam keabsahan
organisasi dan membuat yang lain tak abash yakni memastikan dimana kekuasaan
terletak dalam organisasi dan bagaimana menggunakannya.
·
PEDOMAN TINGKAH LAKU
Antara manusia dan kebudayaan terjalin
hubungan yang sangat erat, sebagaimana yang diungkapkan oleh Dick Hartoko bahwa
manusia menjadi manusia merupakan kebudayaan. Hampir semua tindakan manusia itu
merupakan kebudayaan. Hanya tindakan yang sifatnya naluriah saja yang bukan
merupakan kebudayaan, tetapi tindakan demikian prosentasenya sangat kecil.
Tindakan yang berupa kebudayaan tersebut dibiasakan dengan cara belajar.
Terdapat beberapa proses belajar kebudayaan yaitu proses internalisasi,
sosialisasi, dan enkulturasi.
Selanjutnya hubungan antara manusia
dengan kebudayaan juga dapat dilihat dari kedudukan manusia tersebut terhadap
kebudayaan. Manusia mempunyai empat kedudukan terhadap kebudayaan yaitu sebagai
:
1.
Penganut kebudayaan
2.
Pembawa kebudayaan manipulator
kebudayaan
3.
Pencipta kebudayaan
Hal yang dilakukan oleh manusia inilah
kebudayaan. Kebudayaan yang digunakan manusia dalam menyelesaikan
masalah-masalahnya bisa kita sebut sebagai way of life, yang digunakan individu
sebagai pedoman dalam bertingkah laku
·
APRESIASI BUDAYA
1.
Istilah apresiasi berasal
dari bahasa inggris "apresiation" yang berarti penghargaan, penilaian,
pengertian. Bentuk itu berasal dari kata kerja " ti appreciate" yang
berarti menghargai, menilai, mengerti dalam bahasa indonesia menjadi
mengapresiasi. Apresiasi budaya adalah kesanggupan untuk menerima dan
memberikan penghargaan, penilaian, pengertian terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia. Kebudayaan perlu diapresiasi dengan
harapan kita sebagai manusia dapat memperlihatkan rasa menghargai karya yang
dihasilkan dari akal dan budi manusia. Apresiasi diperlukan untuk tetap menjaga
nilai-nilai budaya yang ada agar tetap hidup dan selalu lestari, juga dapat
dikembangkan menjadi lebih baik. Melalui apresiasi, seorang pencipta dapat
memperoleh masukan, ide, saran, kritik, dan pujian untuk karyanya. Melalui ide,
saran, masukan, dan kritik tersebut jugalah para pencipta diharapkan dapan
membuat karya yang lebih baik lagi.
2.
Metode mengapresiasi Budaya :
a.
Metode Induktif
Apresiasi
dilakukan dengan cara menarik konsep / kebenaran / keindahan dari pranata yang
sifatnya khusus sampai yang bersifat umum.
b.
Metode Deduktif
Apresiasi
dilakukan dengan cara menarik konsep / kebenaran / keindahan dari pranata yang
sifatnya umum sampai yang bersifat khusus
c.
Metode Empati
Apresiator
mengamati seolah-olah larut pada peraasan, terbawa oleh obyek, sehingga dalam
komentar-komentarnya terdapat ibarat, metafora yang melebih-lebihkan.
d.
Metode Interaktif
Metode
ini dilakukan untuk mencari kesepakatan dengan melalui sarasehan budaya.
3.
Wujud kebudayan :
a.
Gagasan (Wujud Ideal)
Wujud
ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan,
nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak;
tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam
kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut
menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan
ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat
tersebut.
b.
Aktivitas (tindakan)
Aktivitas
adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem
sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi,
mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola
tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam
kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
c.
Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil
dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa
benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan.
Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.
Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud
kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain.
Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada
tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia
Unsur Kebudayaan :
1. Sistem religi dan upacara keagamaan
Ada
kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam menguasai
dalam menguasai dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara
bersamaan, muncul keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad
raya ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagad raya.
Sehubungan dengan itu, baik secara individual maupun hidup bermasyarakat,
manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada
penguasa alam semesta. Agama dan sistem kepercayaan lainnya seringkali
terintegrasi dengan kebudayaan. Agama (bahasa Inggris: Religion, yang berasar
dari bahasa Latin religare, yang berarti “menambatkan”), adalah sebuah unsur
kebudayaan yang penting dalam sejarah umat manusia.
2. Sistem dan organisasi kemasyarakatan
Sistem
kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. M.
Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat
dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang
bersangkutan. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa
keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota
kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman,
bibi, kakek, nenek dan seterusnya. Dalam kajian sosiologi-antropologi, ada
beberapa macam kelompok kekerabatan dari yang jumlahnya relatif kecil hingga
besar seperti keluarga ambilineal, klan, fatri, dan paroh masyarakat. Di
masyarakat umum kita juga mengenal kelompok kekerabatan lain seperti keluarga
inti, keluarga luas, keluarga bilateral, dan keluarga unilateral.
Sementara
itu, organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat,
baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi
sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara.
Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi
sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai
sendiri.
3. Sistem pengetahuan
Secara
sederhana, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang
benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan. Pengetahuan dimiliki oleh semua
suku bangsa di dunia. Mereka memperoleh pengetahuan melalui pengalaman,
intuisi, wahyu, dan berpikir menurut logika, atau percobaan-percobaan yang
bersifat empiris (trial and error). Sistem pengetahuan tersebut dikelompokkan
menjadi:
a.
Pengetahuan tentang alam
b.
Pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan dan hewan
di sekitarnya
c.
Pengetahuan tentang tubuh manusia,
pengetahuan tentang sifat dan tingkah laku sesama manusia
d.
Pengetahuan tentang ruang dan waktu
4. Bahasa
Bahasa
adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling
berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan
(bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada
lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan
diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus
mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat. Bahasa memiliki
beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus. Fungsi
bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan
alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Sedangkan fungsi bahasa
secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari,
mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah kuna, dan untuk
mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
5. Kesenian
Kesenian
mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat
manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai
makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak
kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks.
6. Sistem mata pencaharian hidup
Perhatian
para ilmuwan pada sistem mata pencaharian ini terfokus pada masalah-masalah
mata pencaharian tradisional saja, di antaranya:
a.
berburu dan meramu
b.
beternak
c.
bercocok tanam di lading
d.
menangkap ikan
7. Sistem teknologi dan peralatan.
Teknologi
merupakan salah satu komponen kebudayaan. Teknologi menyangkut cara-cara atau
teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan dan
perlengkapan. Teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan
masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam
memproduksi hasil-hasil kesenian. Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau
masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian paling sedikit mengenal delapan
macam teknologi tradisional (disebut juga sistem peralatan dan unsur kebudayaan
fisik), yaitu:
a.
alat-alat produktif
b.
senjata
c.
wadah
d.
alat-alat menyalakan api
e.
makanan
f.
pakaian
g.
tempat berlindung dan perumahan
h.
alat-alat transportasi
4.
Pranata Budaya adalah sistem norma atau aturan-aturan yang mengenai suatu aktivitas
masyarakat
yang
khusus yang
berhubungan dengan ketujuh unsur kebudayaan. Di bawah ini adalah contoh pranata budaya yang
digolongkan ke dalam delapan kelompok, dengan memakai delapan kebutuhan hidup
manusia sebagai prinsip penggolongan.
1.
Pranata
yang bertujuan memenuhi kebutuhan kehidupan kekerabatan, ialah yang sering
disebut kinship atau domestic institutions. Contoh: pelamaran, perkawinan,
poligami, pengasuhan kanak-kanak, perceraian dan sebagainya.
2.
Pranata-pranata
yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk pencarian hidup, memproduksi,
menimbun dan mendistribusi harta dan benda, ialah economic institutions. Contoh:
pertanian, peternakan, pemburuan, feodalisme, industri, barter, koperasi,
penjualan dan sebagainya.
3.
Pranata-pranata
yang bertujuan memenuhi kebutuhan penerangan dan pendidikan manusia supaya
menjadi anggota masyarakat yang berguna, ialah educational institutions. Contoh:
Pengasuhan kanak-kanak, pendidikan rakyat, pendidikan menengah, pendidikan
tinggi, pemberantasan buta huruf, pendidikan keagamaan, pers, perpustakaan umum
dan sebagainya.
4.
Pranata-pranata
yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan ilmiah manusia, menyelami alam semesta
sekelilingnya, ialah scientific institutions. Contoh: metodik ilmiah.,
penelitian, pendidikan ilmiah dan sebagainya.
5.
Pranata-pranata
yang, bertujuan memenuhi kebutuhan manusia menyatakan rasa keindahannya, dan
untuk rekreasi, ialah aesthetic and recreational institutions. Contoh: seni
rupa, seni suara, seni gerak, seni drama, kesusasteraan, sport dan sebagainya.
6.
Pranata-pranata
yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan Tuhan atau
dengan alam gaib, ialah religious institutions. Contoh: doa, gereja, kenduri,
upacara, penyiaran agama, pantangan, ilmu gaib dan sebagainya.
7.
Pranata-pranata
yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk mengatur kehidupan berkelompok
secara besar-besaran atau kehidupan bernegara ialah political institutions. Contoh:
Pemerintahan. demokrasi, kehakiman, kepartaian, kepolisian, ketentaraan, dan
sebagainya.
8.
Pranata-pranata
yang mengurus kebutuhan jasmaniah dari manusia ialah somatic institutions. Contoh:
pemeliharaan kecantikan, pemeliharaan kesehatan, kedokteran dan sebagainya.
5.
Gotong-royong merupakan budaya asli
masyarakat Indonesia. Namun, seiring berjalannya waktu,setelah memasuki era
globalisasi, budaya yang bersifat individualis semakin mendominasi kehidupan
kita dan mengikis rasa suka bergotong-royong dan saling membantu. Saya teringat
ketika masih duduk di bangku SD di Sekolah selalu diadakan kerja bakti setiap
hari Jum’at. Saat itu saya melakukannya dengan gembira karena saya dan
teman-teman bergotong-royong dalam membersihkan taman Sekolah. Melalui kegiatan
kerja bakti saya menyadari pentingnya nilai tolong menolong, toleransi,dan juga
tenggang rasa. Dalam menjalankan kerja bakti tidak ada kepentingan pribadi,
semua saling membantu dan mementingkan kepentingan bersama.
6.
Perubahan di berbagai bidang sering disebut
sebagai perubahan sosial dan perubahan budaya karena proses berlangsungnya
dapat terjadi secara bersamaan. Meskipun demikian perubahan sosial dan budaya
sebenarnya terdapat perbedaan. Perubahan sosial merupakan perubahan dalam segi
struktur dan hubungan sosial, sedangkan perubahan budaya merupakan perubahan
dalam segi budaya masyarakat. Perubahan sosial terjadi dalam segi distribusi
kelompok umur, jenjang pendidikan, dan tingkat kelahiran penduduk. Sedangkan
perubahan kebudayaan adalah suatu keadaan dalam masyarakat yang terjadi
karena ketidaksesuaian diantara unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda
sehingga tercapai keadaan yang tidak serasi fungsinya bagi kehidupan. Perubahan
budaya meliputi penemuan dan penyebaran masyarakat, perubahan konsep nilai
susila dan moralitas, bentuk seni baru dan kesetaraan gender. Perubahan
budaya juga dapat timbul akibat timbulnya perubahan lingkungan masyarakat,
penemuan baru, dan kontak dengan kebudayaan lain.
a.
Asimilasi adalah proses penyesuaian
sifat-sifat asli dengan sifat lingkungan yang baru, atau perpaduan berbagai
unsure menjadi satu (seperti pemaduan unsur berbagai kebudayaan menjadi satu
kebudayaan).
b.
Akulturasi adalah bersatunya
dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan
unsur kebudayaan asli.
c.
Inovasi adalah proses merubah pengetahuan dan
ide menjadi cara yang lebih baik dalam menjalankan usaha atau menjadi barang
dan jasa yang baru atau lebih baik, yang dinilai oleh masyarakat.
d.
Barokisasi adalah proses bersatunya dua
budaya atau lebih dan budaya yang kalah memperhalus miliknya. Barokisasi kadang
juga diartikan sebagai usaha untuk menampilkan diri secara semarak di
hadapan publik, meski pun sebenarnya itu hanya untuk menutupi merosotnya
kekuasaan politik real.
e.
Cultural Lag adalah kesenjangan budaya, maksudnya adalah
ketimpangan budaya yg terjadi karena tidak seimbangnya perubahan budaya
material dengan budaya immaterial.
·
HUBUNGAN ETIKA DAN BUDAYA
Meta-ethical cultural
relativism merupakan cara pandang secara filosofis yang yang menyatkan bahwa
tidak ada kebenaran moral yang absolut, kebenaran harus selalu disesuaikan
dengan budaya dimana kita menjalankan kehidupan sosial kita karena setiap
komunitas sosial mempunyai cara pandang yang berbeda-beda terhadap kebenaran
etika. Etika erat kaitannya dengan moral. Etika atau moral dapat digunakan okeh
manusia sebagai wadah untuk mengevaluasi sifat dan perangainya. Etika selalu
berhubungan dengan budaya karena merupakan tafsiran atau penilaian terhadap kebudayaan.
Etika mempunyai nilai kebenaran yang harus selalu disesuaikan dengan kebudayaan
karena sifatnya tidak absolut danl mempunyai standar moral yang berbeda-beda
tergantung budaya yang berlaku dimana kita tinggal dan kehidupan social apa
yang kita jalani.
Baik atau buruknya suatu
perbuatan itu tergantung budaya yang berlaku. Prinsip moral sebaiknya
disesuaikan dengan norma-norma yang berlaku, sehingga suatu hal dikatakan baik
apabila sesuai dengan budaya yang berlaku di lingkungan sosial tersebut. Sebagai
contoh orang Eskimo beranaggapan bahwa tindakan infantisid (membunuh anak)
adalah tindakan yang biasa, sedangkan menurut budaya Amerika dan negara lainnya
tindakan ini merupakan suatu tindakan amoral.
Suatu premis yang disebut dengan “Dependency
Thesis” mengatakan “All moral principles derive their validity from cultural
acceptance”. Penyesuaian terhadap kebudayaan ini sebenarnya tidak sepenuhnya
harus dipertahankan dan dibutuhkan suatu pengembangan premis yang lebih
kokoh.
·
PENGARUH
ETIKA TERHADAP BUDAYA
Etika seseorang
dan etika bisnis adalah satu kasatuan yang terintegrasi sehingga tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lainnya, keduanya saling melengkapi dalam
mempengaruhi perilaku antar individu maupun kelompok, yang kemudian menjadi
perilaku organisasi yang akan berpengaruh terhadap budaya perusahaan.
Jika etika menjadi nilai dan keyakinan yang terinternalisasi dalam budayau
perusahaan, maka akan berpotensi menjadi dasar kekuatan perusahaan dan akhirnya
akan berpotensi menjadi stimulus dalam peningkatan kinerja karyawan.
Terdapat pengaruh yang signifikan antara
etika seseorang dariu tingkatan manajer terhadap tingkah laku etis dalam
pengambilan keputusan. Kemampuan seorang profesional untuk dapat mengerti
dan pekau terhadap adanya masalah etika dalam profesinya sangat dipengaruhi
oleh lingkungan, sosial budaya, dan masyarakat dimana dia berada. Budaya
perusahaan memberikan sumbangan yang sangat berartiu terhadap perilaku etis.
Perusahaan akan menjadi lebih baik jika mereka membudayakan etika dalam
lingkungan perusahaannya.
·
KENDALA DALAM MEWUJUDKAN KINERJA ETIKA BISNIS
Pencapaian
tujuan etika bisnis di Indonesia masih berhadapan dengan beberapa masalah dan
kendala. Keraf(1993:81-83) menyebut beberapa kendala tersebut yaitu:
1. Standar moral para pelaku bisnis pada umumnya masih
lemah.
Banyak di antara pelaku bisnis yang lebih suka
menempuh jalan pintas, bahkan menghalalkan segala cara untuk memperoleh
keuntungan dengan mengabaikan etika bisnis, seperti memalsukan campuran,
timbangan, ukuran, menjual barang yang kadaluwarsa, dan memanipulasi laporan
keuangan.
2. Banyak perusahaan yang mengalami konflik
kepentingan.
Konflik kepentingan ini muncul karena adanya
ketidaksesuaian antara nilai pribadi yang dianutnya atau antara peraturan yang
berlaku dengan tujuan yang hendak dicapainya, atau konflik antara nilai pribadi
yang dianutnya dengan praktik bisnis yang dilakukan oleh sebagian besar
perusahaan lainnya, atau antara kepentingan perusahaan dengan kepentingan
masyarakat. Orang-orang yang kurang teguh standar moralnya bisa jadi akan gagal
karena mereka mengejar tujuan dengan mengabaikan peraturan.
3. Situasi politik dan ekonomi yang belum stabil.
Hal ini diperkeruh oleh banyaknya sandiwara politik
yang dimainkan oleh para elit politik, yang di satu sisi membingungkan
masyarakat luas dan di sisi lainnya memberi kesempatan bagi pihak yang mencari
dukungan elit politik guna keberhasilan usaha bisnisnya. Situasi ekonomi yang
buruk tidak jarang menimbulkan spekulasi untuk memanfaatkan peluang guna
memperoleh keuntungan tanpa menghiraukan akibatnya.
4. Lemahnya penegakan hukum.
Banyak orang yang sudah divonis bersalah di
pengadilan bisa bebas berkeliaran dan tetap memangku jabatannya di
pemerintahan. Kondisi ini mempersulit upaya untuk memotivasi pelaku bisnis
menegakkan norma-norma etika.
5. Belum ada organisasi profesi bisnis dan manajemen
untuk menegakkan kode etik bisnis dan manajemen.
Organisasi seperti KADIN beserta asosiasi perusahaan
di bawahnya belum secara khusus menangani penyusunan dan penegakkan kode etik
bisnis dan manajemen.
Komentar
Posting Komentar