Peluang dan Tantangan dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
Peluang dan Tantangan
dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
Dengan terbentuknya
kawasan ekonomi terintegrasi di wilayah Asia Tenggara yang dikenal dengan
istilah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN
Economic Community (AEC), Indonesia dan sembilan anggota
ASEAN lainnya memasuki persaingan yang sangat ketat di bidang ekonomi. Pada
dasarnya, MEA merupakan wadah yang sangat penting bagi kemajuan negara-negara
ASEAN dalam mewujudkan kesejahteraan sehingga keberadaannya harus disikapi
dengan positif. Dan diharapkan negara-negara di kawasan Asia Tenggara bisa
berkompetisi dan bisa menempatkan ASEAN masuk ke dalam pasar terbesar di dunia.
Diharapkan
terbentuknya pasar tunggal tersebut mendorong negara-negara di ASEAN untuk
mencapai stabilitas dan kemajuan ekonomi yang kuat dalam menghadapi arus
persaingan secara global. Meskipun adanya MEA sampai sekarang masih menjadi pro
dan kontra, perdebatan tersebut cenderung mempertanyakan kesiapan negara-negara
anggota dalam menghadapi iklim ekonomi baru di wilayah Asia Tenggara. Dalam
menunjang tujuan MEA tersebut, setidaknya ada empat fokus utama yang dijalankan
pada era pasar bebas ini sebagaimana yang diuraikan di bawah ini.
Seiring dengan terciptanya peluang-peluang bisnis yang telah
disebutkan di atas, ternyata setiap peluang tersebut juga memiliki risikonya
masing-masing. Risiko tersebut bukan menjadi titik akhir yang tidak bisa
diatasi. Akan tetapi, lebih menjadi tantangan bagi Indonesia untuk meminimalkan
berbagai kemungkinan yang terjadi setiap adanya peluang bisnis tersebut.
Berikut ini adalah beberapa tantangan yang harus dihadapi dengan adanya
peluang-peluang yang telah disebutkan di atas.
Tantangan di Bidang Perdagangan Barang dan Jasa
Arus perdagangan
bebas entah itu barang maupun jasa akan memunculkan competition risk.
Artinya, selain menjadi negara pengekspor, Indonesia juga menjadi sasaran empuk
eksportir dari negara lain. Hal ini mengakibatkan munculnya produk-produk luar
yang beragam dalam jumlah banyak ke Indonesia. Hal ini perlu diwaspadai jika
produk-produk yang datang dari luar negeri memiliki kualitas yang lebih bagus.
Industri lokal pun akan terancam akibat hal tersebut. Efek besar yang
ditimbulkan adalah adanya defisit neraca perdagangan.
Oleh
karena itu, para pelaku usaha khususnya para produsen menciptakan produk yang
memiliki standar terbaik sehingga produk lokal tetap memiliki kualitas. Pada
sektor ini, yang memiliki peluang besar adalah para pelaku UMKM. Mulai dari
diberlakukannya MEA sejak awal Januari 2016, Pemerintah telah bekerja keras
melalui Balai Riset dan Standarisasi Industri (Baristand) di bawah komando
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dalam melakukan sosialiasi dan melakukan
peningkatan kualitas SDM.
Tantangan di Bidang Investasi
Pada sektor ini,
Indonesia terbilang memiliki risiko yang sangat tinggi karena adanya exploitation risk.
Sebabnya, Indonesia kurang memiliki aturan dan regulasi yang ketat sehingga
sektor-sektor riil semisal pertambangan mudah saja dikelola negara asing. Untuk
yang satu ini, tentunya tidak banyak yang bisa diperbuat masyarakat. Padahal,
Pemerintah memiliki kekuasaan penuh untuk mencegah adanya eksploitasi alam yang
dilakukan perusahaan-perusahaan asing.
Tantangan di Bidang Ketenagakerjaan
Masalah
ketenagakerjaan Indonesia memiliki tantangan yang luar biasa. Kalau dilihat
dari sisi pendidikan dan produktivitas, Indonesia masih kalah jauh dari
negara-negara tetangga, seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia. Seperti
halnya yang dilansir Republika,
pada 2013, Indonesia masih berada di peringkat ke-4 dalam hal pendidikan dan
produktivitas yang dimiliki. Meskipun demikian, Indonesia masih memiliki posisi
yang aman dalam hal ini. Mengingat standar upah yang berlaku di Indonesia masih
tergolong kecil sehingga tenaga kerja asing masih enggan untuk bekerja di sini.
Malah sebaliknya, tenaga kerja Indonesia lebih memiliki peluang untuk bekerja
di luar negeri untuk mendapatkan gaji yang lebih layak.
Tantangan di Bidang UMKM
Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi salah satu sasaran dan fokus Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) dalam menciptakan stabilitas dan perkembangan ekonomi di
wilayah regional ASEAN. UMKM Indonesia memiliki banyak tantangan yang harus
dihadapi, terutama tentang kualitas barang yang dihasilkan. Kebanyakan kualitas
produk UKM Indonesia belum memenuhi standar. Hal itu disebabkan beberapa
faktor. Pertama, biaya produksi dalam negeri yang sangat mahal sehingga tidak
mampu menciptakan efisiensi produksi. Kedua, kurangnya pengetahuan para pelaku
usaha kecil menengah (UKM) dalam menghasilkan barang ataupun jasa yang
berkualitas. Kedua hal tersebut sangat berkaitan dan perlu sesegera mungkin
diupayakan solusinya, baik oleh Pemerintah maupun pelaku usaha sendiri.
Komentar
Posting Komentar